Analisis Jurnal 1
Tema :
Kredit Motor
Judul :
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT SEPEDA MOTOR HONDA PADA PERUSAHAAN MULTIFINANCE DI INDONESIA (STUDI
KASUS PADA PT. PQR FINANCE)
Pengarang : RUSLAN
EFENDI
Latar Belakang
Keterpurukan
ekonomi Indonesia sejak tahun 1998 menyebabkan kurang berkembangnya berbagai
sektor industri, tidak terkecuali sektor industri keuangan. Tetapi pada
perkembangannya, pertumbuhan lembagakeuangan bukan bank (Non Bank Financial
Institutions) selama periode tahun 2000 hingga periode Maret 2007
mengindikasikan semakin membaiknya perekonomian di Indonesia. Berdasarkan data
statistik Bank Indonesia (2007), persentase kontribusi lembaga keuangan bukan
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada harga berlaku mengalami peningkatan dari
rata-rata 0,60 persen (tahun 2000) menjadi 0,79 persen (Maret 2007).Perkembangan
ini menunjukkan perkembangan perusahaan pembiayaan.Dalam kurun waktu tahun 1999
hingga September 2006, pembiayaan konsumen tumbuh rata-rata 19,22 persen per
tahun. Tabel 1 menunjukkan besarnya pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan
dalam kurun waktu tahun 1999 hingga September 2006
Di
Indonesia, terdapat 132 perusahaan pembiayaan yang aktif. melakukan kegiatan
usaha dari 230 perusahaan pembiayaan yang memperoleh ijin dari Departemen
Keuangan. Menurut Shinduwinata (2005), jumlah lembaga pembiayaan non bank untuk
kredit kendaraaan bermotor mencapai 72 perusahaan. Berdasarkan data InfoBank
(2005), dari segi asset terdapat sepuluh besar perusahaan pembiayaan keuangan
yang menguasai 62persen asset dibandingkan dengan 132 perusahaan pembiayaan
lainnya. Hal ini menunjukkan ketatnya persaingan dalam industri pembiayaan.
Salah satu perusahaan pembiayaan sepeda motor yang memiliki total asset
terbesar yaitu PT. PQR Finance. Pada tahun 2004, PT. PQR Finance
memiliki total asset lima persen dari total asset perusahaan pembiayaan sebesar
Rp 78,876 triliun dan menempatkannya dalam lima besar perusahaan pembiayaan dengan
total asset terbesar.
PT. PQR Finance merupakan
perusahaan pembiayaan yang berorientasi pada pembiayaan sepeda motor Honda.
Dalam kurun waktu tahun 2004 sampai tahun 2005, terjadi peningkatan jumlah
pendapatan pembiayaan konsumen sebesar 9,82 persen. Sedangkan, dalam kurun
waktu 2005 sampai tahun 2006 terjadi penurunan yang signifikan sebesar 22,24 persen
(PT. PQR Finance, 2007). Penurunan pendapatan pembiayaan konsumen ini
disebabkan persaingan dalam industri pembiayaan yang semakin ketat dan
menimbulkan potensi risiko bagi PT. PQR Finance Kemudahan dalam memperoleh
pembiayaan untuk pembelian sepeda motor dari perusahaan pembiayaan menjadi
salah satu penyebab peningkatan penjualan sepeda motor di Indonesia yang dapat
menimbulkan potensi risiko bagi perusahaan-perusahaan pembiayaan, tidak
terkecuali dengan PT. PQR Finance. Sebagai perusahaan pembiayaan, PT. PQR Finance
dihadapkan pada berbagai aspek risiko yang dapat menimbulkan potensi kerugian
bagi perusahaan tersebut. Risiko yang sering dihadap perusahaan pembiayaan pada
umumnya adalah risiko kredit. Pada tahun
2002 sampai tahun 2006 terjadi peningkatan unit pembiayaan sepeda motor pada
PT. PQR Finance dengan rata-rata 33,87 persen (PT. PQR Finance, 2007). Dengan
terjadinya peningkatan unit pembiayaan ini, maka PT. PQR Finance dihadapkan
pada tingkat risiko kredit yang cukup tinggi apabila tidak dikelola dengan
baik. Risiko kredit terjadi ketika pemilik sepeda motor tidak mampu lagi
membayar angsuran kreditnya. Pada saat kredit macet, maka perusahaan akan
menarik kembali sepeda motor yang telah dibiayai dari konsumen dan kemudian
akan dijual kembali kepada dealer dengan
harga yang lebih rendah dari harga awal.
Masalah dan Tujuan :
1. Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit sepeda motor Honda pada PT.
PQR Finance ?
2. Seberapa
besar tingkat risiko kredit sepeda motor Honda yang dihadapi oleh PT. PQR
Finance ?
3. Bagaimana
pengelolaan dan pengendalian (program mitigasi) risiko kredit sepeda motor
Honda pada PT. PQR Finance ?
Metodologi Penelitian
Perkembangan perekonomian Indonesia
selama beberapa tahun terakhir memberikan dampak yang positif bagi perusahaan
pembiayaan, tidak terkecuali PT. PQR Finance. Pada tahun 2001 sampai tahun 2006
terjadi peningkatan unit pembiayaan sepeda motor pada PT. PQR Finance dengan
rata-rata 55,34 persen (PT. PQR Finance, 2007). Perkembangan positif yang
diraih PT. PQR Finance telah sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Dalam
menjalankan usahanya, PT. PQR Finance dihadapkan pada potensi risiko yang
mempengaruhi kinerjanya. Risiko yang dihadapi oleh PT. PQR Finance berasal dari
internal dan eksternal perusahaan. Sebagai perusahaan pembiayaan sepeda motor,
PT. PQR Finance
dihadapkan pada risiko kredit.
Peningkatan persentase penyisihan penghapusan piutang (loan loss provision)
terhadap total asset PT. PQR Finance
yaitu dari 2,91 persen (tahun 2004) menjadi 6,49 persen (tahun2006) mengindikasikan
peningkatan kerugian yang diakibatkan meningkatnya risiko kredit. Persentase
tersebut mengindikasikan peningkatan penghapusan piutang ragu-ragu PT. PQR
Finance. Hal tersebut disertai dengan peningkatan jumlah konsumen pembiayaan
sepeda motor Honda yang dapat menimbulkan potensi risiko kredit macet apabila
tidak dikelola dengan baik. Peningkatan risiko kredit macet tersebut perlu ditunjang
oleh kualitas manajemen risiko kredit yang baik untuk meminimalisir potensi
kerugian yang dihadapi oleh PT. PQR Finance. Identifikasi dan analisis
manajemen risiko kredit sangat penting dan berguna sebagai salah satu input
alternatif dalam perumusan strategi tata kelola risikokredit. Risiko kredit
yang dihadapi perusahaan meliputi risiko gagal bayar, risiko exposure dan
risiko recovery. Besarnya risiko kredit tercermin dalam dimensi risiko kredit
yaitu kuantitas risiko kredit dan kualitas risiko kredit.
Kesimpulan
1. Faktor-faktor
yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance yaitu faktor internal
perusahaan (sumber daya manusia, teknologi dan informasi, kebijakan perusahaan,
dan keuangan), faktor business partner
(dealer dan konsumen), lingkungan
eksternal (kebijakan pemerintah, persaingan dalam industri pembiayaan sepeda
motor, dan kondisi ekonomi serta keamanan negara). Faktor-faktor konsumen
meliputi overdue, down payment, jangka aktu kredit (tenor),
pendapatan konsumen, moral dan morale hazard.
2. Peringkat
risiko di PT. PQR Finance tergolong low to moderate yang berarti dengan
kualitas manajemen risiko kredit yang kuat maka PT. PQR Finance masih dapat
dengan baik mengelola risiko kredit yang terjadi. Nilai expected loss pada
tahun 2005 mencapai Rp 624.209.403.115,00 dan tahun 2006 mencapai Rp
1.336.277.928.654,00. Pada tahun 2005, nilai unexpected lossmencapai Rp
2.291.182.236.209,00 dan tahun 2006 mencapai Rp 4.579.060.206.464,00 yang
berarti kerugian katastropik yang harus mampu ditutupi oleh PT. PQR Finance
dengan tingkat kepercayaan 99 persen. Kelas konsumen DP<5.1 dan DP<5.2
memiliki tingkat exposure dan probability of default yang tinggi sehingga kedua
kelas konsumen tersebut memiliki expected loss tertinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar